
Bayangkan jika semua itu bisa jadi bagian dari proses belajar mereka, tanpa harus dibatasi oleh buku pelajaran atau hafalan.
Metode pendekatan ini bukan mengatur apa yang harus dipelajari, tapi justru memberi ruang untuk anak agar bisa menjadi dirinya sendiri.
Seperti berpikir kritis, berekspresi kreatif, dan menemukan makna belajar dari hal-hal yang dekat dengan mereka.
Melalui aktivitas belajar seru yang mereka pilih sendiri, anak-anak belajar memimpin proses belajarnya, berkolaborasi dengan teman, dan bahkan membuat sebuah karya dari ide serta perasaan mereka.
Kali ini Popmama.com sudah merangkum informasi seputar metode pendekatan Reggio Emilia yang ternyata mampu mendukung kemampuan anak berpikir kritis dan kreatif. Disimak ya!
Belajar dengan berbasis minat anak

Setiap anak punya rasa penasaran alami yang sering kali muncul dari hal-hal sederhana di sekitarnya, seperti kenapa kura-kura punya cangkang, atau bagaimana bentuk tulang di dalam tubuh.
Nah, dalam pendekatan Reggio Emilia, rasa ingin tahu seperti inilah yang justru dijadikan titik awal proses belajar.
Supiani Winata, Direktur ISmile Preschool mengungkapkan bahwa anak-anak ternyata memiliki segudang pertanyaan yang tidak terpikirkan oleh dewasa.
Dengan adanya pertanyaan dan ketertarikan anak, pihak sekolah dengan senang hati membantu anak untuk menggali lebih dalam apa yang mereka minati.
Belajar berbasis minat juga membantu guru melihat potensi unik dari setiap anak.
Karena setiap ide anak harus dihargai dan diberi ruang untuk tumbuh.
Ini akan membuat anak merasa dihargai, percaya diri, dan siap menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri.
Guru sebagai fasilitator

Dalam pendekatan Reggio Emilia, guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan, tapi menjadi pendamping yang membimbing proses belajar anak.
Guru berperan sebagai fasilitator yang mendengarkan dengan penuh perhatian, mengamati minat anak, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong eksplorasi lebih dalam.
Ketika anak-anak belum bisa menyampaikan ide mereka secara utuh, guru berperan sebagai fasilitator, seperti menyiapkan provokasi, seperti mini jungle dengan sensory materials, lalu mengamati respon anak.
Melalui permainan dan percakapan yang muncul, guru bisa memancing ide, menjelajahi pemikiran anak, serta mengembangkan aktivitas yang lebih dalam.
Hal ni menunjukkan bahwa guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan, tapi pendamping aktif dalam perjalanan belajar anak.
Project work yang memacu rasa ingin tahu anak

Salah satu ciri khas pendekatan Reggio Emilia adalah project work, dimana kegiatan eksplorasi jangka panjang yang dipilih dan dipimpin oleh anak-anak sendiri.
ISMILE Preschool sebagai salah satu yang menerapkan kurikulum membuat anak-anak bisa mendalami satu topik selama proses belajar, menggali informasi, berdiskusi, hingga menciptakan karya nyata dari hasil pemikiran mereka.
Proyek ini bukan hanya memperdalam pemahaman, tapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu, ketekunan, serta kemampuan berpikir kritis.
Anak belajar bahwa proses itu sama pentingnya dengan hasil akhir dan ide mereka layak untuk dijelajahi lebih dalam.
Fokus pada pertanyaan kritis anak

Anak-anak adalah pemikir yang penasaran. Pendekatan Reggio Emilia memberi ruang bagi mereka untuk bertanya dan membangun pengetahuan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Angel, salah satu guru ISmile Preschool mengungkapkan pernah mendapatkan pertanyaan seperti “Apa bedanya brontosaurus dan diplodocus?”
Hal ini menjadi titik awal eksplorasi yang mendalam. Guru tidak langsung memberi jawaban, tetapi mengajak anak meneliti lewat gambar, video, dan diskusi.
Bahkan celotehan sederhana seperti “karena ada volcano, makanya dino gak ada” bisa menjadi pintu masuk untuk diskusi ilmiah dan eksplorasi logis.
Ia juga menanggapi dengan pertanyaan lebih dalam untuk menstimulasi pemikiran anak, seperti “apa yang terjadi sama dinosaurnya?” atau “apa yang terjadi selanjutnya?”
Teknik ini bisa melatih anak berpikir kritis sejak dini, bahkan sebelum mereka sepenuhnya pandai berbicara atau bercerita.
Kerja sama yang mendorong keterampilan sosial anak

Dalam pendekatan Reggio Emilia, belajar bukan cuma soal individu, tapi juga kolaborasi.
Anak-anak diajak untuk bekerja sama, berbagi ide, berdiskusi, dan menciptakan sesuatu bersama.
Misalnya, saat belajar dan bermain dinosaurus, mereka bisa membuat habitat bersama, menggambarkan imajinasi mereka terhadap dinosaurus, atau menciptakan cerita seperti “siput yang ada di playground”.
Dari sini, anak belajar mendengarkan, berkomunikasi, dan bekerja dalam tim.
Hal-hal ini menjadi kemampuan penting yang dibutuhkan sepanjang hidup.
Kerja sama juga memperkaya imajinasi dan pemahaman mereka lewat perspektif teman-temannya.
Itulah informasi seputar metode pendekatan Reggio Emilia. Semoga pendekatan ini bisa terus mendukung anak tumbuh jadi pribadi yang kritis, kreatif, dan penuh rasa ingin tahu.